JANELA CIENSIA

OPINI (18) EDUKASAUN (14) DESPORTO (13) EKONOMIA (13) Poema (11) POLITICA (10) HISTORIA (4)

8 August 2014

TIMOR-LESTE & ASEAN



KESIAPAN TIMOR LESTE MENJADI ANGGOTA ASEAN
DI LIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI, PERDAGANGANG DAN INDUSTRI
By: AJ Cunha
                                                 
Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar komitmen dari para pemimpin Timor Leste (TL) untuk membawa Negara kecil ini masuk menjadi bagian dari asosiasi bangsa-bangsa asia tenggara yang lebih dikenal dengan istilah ASEAN. Komitmen ini sangat positif dan harus didukung oleh segenap lapisan masyarakat TL. Bahkan baru-baru ini dalam Forum Demokrasi Bali, presiden Indonesia Susilo Banbang Yudhoyono (SBY) menyampaikan komitmen Indonesia untuk membantu TL bisa secepatnya masuk menjadi anggota ASEAN ketika Indonesia akan menerima tongkat kepemimpinan ASEAN pada 2012 mendatang. Ini berarti bahwa, TL akan lebih cepat satu tahun masuk menjadi anggota ASEAN dari keinginan Timor Leste sendiri, yaitu 2012. Hal ini ditindaklanjuti dengan pertemuan antara kedua negara di Jakarta di bulan Desember 2010 dengan menyusun sebuah Road Map sebagai jembatan sebelum TL resmi menjadi anggota ASEAN pada 2012 nanti. Intinya, mayoritas negara-negara ASEAN mendukung keanggotaan TL dalam ASEAN. Karena secara geografis TL memang berada dalam kawasan tersebut.
Apa sebenarnya peran dari ASEAN itu sendiri, dan bagaimana kontribusinya bagi negara-negara yang menjadi anggotanya? Apa sebenarnya keuntungan yang akan diperoleh TL dalam keanggotaannya di ASEAN? Sudah siapkah masyarakat TL menjadi bagian dari ASEAN? Mari kita ulas bersama.

SEKILAS ASEAN
Assosiations Of South East Asean Nation (ASEAN) atau asosiasi bangsa-bangsa asia tenggara didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima negara anggota, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya bergabung pula negara-negara seperti Brunei Darusalam (8 Januari 1984), Vietnam (28 Juli 1995), serta Laos dan Nyanmar (23 Juli 1997), dan Kamboja (30 April 1999). Eksistensi ASEAN diprakarsai oleh lima menteri luar negeri, yaitu Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thanat Koman (Thailand), Narcisco Ramos (Filipina), dan S. Rajaratnam (Singapura). Tujuan didirikannya ASEAN dituangkan dalam sebuah deklarasi yang dikenal dengan deklarasi ASEAN yang menyatakan maksud dan tujuan daripada ASEAN yaitu, Pertama, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan di kawasan ASEAN. Kedua, untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara-negara dalam kawasan. Dan ketiga, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perjanjian-perjanjian dan kerjasama-kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN didasarkan pada piagam ASEAN yang telah diratifikasi dan diberlakukan sejak tanggal 15 Desember 2008, di mana dalam piagam tersebut berisi semua nilai, prinsip, peraturan dan tujuan berdirinya ASEAN. Piagam ASEAN mengikat negara-negara anggotanya dalam melaksanakan berbagai perjanjian yang telah disepakati bersama, seperti kerjasama di bidang politik dan kemanan, kerjasama di bidang ekonomi, dan kerjasama fungsional ASEAN. Kerjasama di bidang politik dan keamanan ditujukan untuk menciptakan keamanan, stabilitas dan perdamian khususnya di kawasan ASEAN dan dunia pada umumnya. Kerjasama dibidang ekonomi ditujukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi dengan cara saling membuka perekonomian negara-negara anggota dalam menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Kerjasama fungsional ASEAN mencakup bidang-bidang kebudayaan, penerangan, pendidikan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, penanganan bencana alam, pengetasan kemiskinan, dan sebagainya. Dalam artikel ini saya akan lebih menyoroti kerjasama di bidang ekonomi dan melihat bagaimana kesiapan TL dalam aktivitas ekonomi sejauh ini.

EKONOMI TIMOR LESTE
Dalam kurung waktu delapan tahun sejak merestorasi kembali kemerdekaanya, ekonomi Timor Leste terus mengalami trend peningkatan. Setidaknya, menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui kementrian keuangan di tahun 2009 silang bahwa ekonomi Timor Leste mengalami peningkatan hingga 12.2%. Indikasi lain menunjukkan adanya penurunan tingkat kemiskinan dari 49% penduduk miskin menjadi hanya tinggal 41% ditahun 2010. Jika jumlah penduduk Timor Leste saat ini ada sekitar 1.120.000 jiwa maka jumlah penduduk miskin Timor Leste saat ini ada sekitar 459.200 jiwa. Suatu jumlah yang tidak bisa dikatakan sedikit, karena merupakan separuh dari penduduk Timor Leste. Hal ini dapat berarti bahwa ternyata peningkatan ekonomi tersebut tidak merata dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat-masyarakat pedesaan. Kita semua tahu bagaimana wajah ibu kota Timor Leste saat ini. Kehidupan di Dili sangat mobile. Aktivitas ekonomi sangat hidup di sana. Dili bagaikan magnet, yang tidak hanya menarik masyarakat Timor Leste di pedesaan tapi juga mampu menarik masyarakat usaha dari negara lain. Di sana banyak uang (dollar) mengalir. Mulai dari tukang sol sepatu hingga pengusaha kakap. Tapi Timor Leste tidak hanya Dili, bukan? Di satu sisi sebagai warga Timor Leste tentu sangat bahagia, tapi disisi lain saya pun sedih jika kita melihat kenyataan yang ada bahwa ternyata bukan masyarakat Timor Leste-lah yang menguasai ekonomi di sana.
Realitas menunjukkan pada kita semua bahwa semenjak restorasi kemerdekaan hingga sekarang, ketergantungan ekonomi Timor Leste sangat besar pada negara lain, seperti Indonesia dan China. Hampir semua kebutuhan pokok (kebutuhan dasar) di import dari luar. Mulai dari telur hingga beras, mulai dari gula hingga kopi. Pada hal sebagian besar masyarakat Timor Leste adalah petani. Untuk urusan beras saja kita harus mengimportnya dari Vietnam, padahal kita memiliki lahan sawah yang luas. Untuk minum kopi saja, kita harus datangkan dari Indonesia, padahal kita memiliki kopi Ermera yang tidak kalah kualitasnya. Apalagi saat ini bahan-bahan kebutuhan dasar meningkat cukup signifikan. Membuat rakyat semakin mengelus dada menahan nafas untuk membelinya. Melihat semua kenyataan ini, kita patut bertanya benarkah Timor Leste telah siap untuk menjadi bagian dari ASEAN? Mari kita lihat bersama sektor-sektor mana saja yang menjadi wilayah kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN, serta bagaimana eksistensi sektor-sektor tersebut di Timor Leste?

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI
Tujuan daripada kerjasama ekonomi ASEAN adalah untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi dengan cara saling membuka perekonomian negara-negara anggota dalam menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Artinya segala aktivitas ekonomi baik itu perdagangan maupun pelayanan jasa akan dibebaskan bea masuk (pajak). Jika sebelumnya bea masuk atau pajak bagi barang dan jasa masih dikenakan pajak sebesar 5% - 10%, maka di tahun 2010 bea masuk benar-benar telah diturunkan menjadi 0%. Perjanjian perdangangan bebas antara negara-negara ASEAN berada dalam satu payung yang dinamakan AEC (ASEAN Economic Community) yang didalamnya mencakup ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement), AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services), dan CAFTA (China ASEAN Free Trade Agreement). Perjanjian-perjanjian ini telah membebaskan bea masuk untuk arus barang dan jasa sebesar 99,11%.
Kerjasama ekonomi dalam ASEAN tersebut mencakup kerjasama-kerjasama di sektor perindustrian, perdagangan dan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas di ASEAN atau yang lebih dikenal dengan istilah AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA), dan kerjasama disektor jasa. Mari kita lihat bagaimana eksistensi sektor-sektor tersebut di TL dan bagaimana kesiapan setiap sektor dalam menghadapi pasar ASEAN?

Sektor Industri
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan ekonomi suatu negara. Asalkan sektor tersebut bisa dikelolah dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan bangsa atau negara itu sendiri.  Saat ini di TL telah tumbuh Industri-industri kecil yang begitu banyak, baik itu yang berbentuk home industry yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil maupun penanganan langsung oleh individu. Industri-industri ini pun memproduksi berbagai jenis produk, mulai produk- produk lokal asli TL sampai produk-produk lokal yang telah diperbaharhui sesuai dengan tuntutan pasar. Sayang sekali, sejauh ini eksistensi industri-industri kecil tersebut belum terlihat. Memang sudah ada beberapa industri kecil yang mulai mencoba mengepakkan sayapnya, seperti industri kecil Centru Bambu Timor Leste yang berpusat di Tibar, industri kecil Black Smith yang terletak di Baucau, maupun industri-industri kecil lainnya yang memproduksi produk-produk lokal yang saat ini tersebar di pelosok negeri. Namun demikian, daya jangkau dari industri-industri tersebut masih sangat terbatas.
Minimnya sumber daya, baik sumber daya fisik (material), sumber daya modal (keuangan), maupun sumber daya manusia, menjadi kendala utama bagi eksistensi industri-industri itu sendiri. Sebagian besar industri di TL masih bekerja secara manual dan sistem manajemennyapun belum terkelolah dengan baik. Bahkan kebanyakan hasil produk lokal tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar (konsumen) Timor Leste. Akibatnya hasil produksi dari industri-industri tersebut tidak mampu bertahan lama di pasar. Selain itu, daya jangkau industri juga masih terbatas di mana hanya bisa menjangkau masyarakat yang berada disekitarnya. Dalam beberapa kesempatan, pemerintah memang memfasilitas industri-industri tersebut untuk memperlihatkan eksistensi mereka, seperti melalui ferias (pameran) produk-produk lokal. Tapi sejauh ini masih sebatas itu. Karena setelah ferias tersebut selesai, produk-produk lokal tersebut pun “menghilang” dari pasar.  Meski demikian, kita pun harus mengakui bahwa biaya produksi dari industri-industri tersebut cukup mahal, sehingga ketika produk mereka sampai ke pasar harganya tidak akan bisa terjangkau oleh konsumen.
Jadi saya melihat bahwa untuk sektor industri, karena hampir semua sektor industri di TL masih memiliki kekurang sumber daya yang cukup signifikan, maka TL belum siap untuk bisa bersaing dengan industri-industri dari negara ASEAN lainnya di tahun 2012 ini.

Sektor perdagangan
Masih minimnya sektor industri dan kecilnya daya jangkau dari sebagian besar industri TL, sedikit banyak mempengaruhi juga sektor perdagangan. Memang aktivitas perdagangan di TL beberapa tahun terakhir sudah mulai mengeliat namun belum mencapai tahap keseimbangan. Artinya, antara aktivitas import dan eksport masih belum seimbang. Volume import TL jauh lebih besar dibandingkan dengan volume eksporny, akibat dari belum terkelola dengan baiknya industri-industri kecil di tanah air. Banyak komoditas lokal yang tidak dapat atau sekiranya belum dapat di daya gunakan dengan maksimal bagi keuntungan negara dan masyarakat Timor Leste. Memang sudah ada beberapa komoditi yang diekspor ke luar negeri, seperti kopi dan kemiri, namun kedua komoditi tersebut belum memberikan kontribusi yang positif bagi signifikansi perkembangan ekonomi TL. Bayangkan dengan aktivitas import TL? Hampir sebagian besar kebutuhan pokok (sembako) masyarakat TL di datangkan dari luar negeri. Bahkan kehadiran barang-barang import tersebut secara tidak langsung telah menghambat bahkan mematikan eksistensi produk-produk lokal. Keuntungan yang didapatpun berlipat-lipat. Mayoritas masyarakat TL lebih tertarik pada produk-produk import yang harganya pun relatif terjangkau.
Memang untuk sektor yang satu ini, TL belum bisa melakukan apa-apa. Saya bisa mengatakan bahwa 99% aktivitas perdagangan di TL dilakukan masyarakat dari negara-negara lain seperti China dan Indonesia. Ya, pedagang-pedagang baik dari Indonesia, China maupun negara-negara ASEAN lainnya telah menguasai negara ini, setidaknya di Dili sebagai sentra ekonomi TL. Bayangkan, belum menjadi anggota ASEAN saja kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi ketika menjadi anggota ASEAN yang harus mengikuti segala persyaratannya? Tentu saya melihat bahwa di tahun 2012 nanti, TL juga belum bisa dan belum siap untuk menjadi bagian dari ASEAN.

Sektor Jasa
 Sektor jasa Timor Leste beberapa tahun terakhir berkembang cukup signifikan. Sektor jasa bisa dikatakan merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pajak paling besar bagi pemerintah.  Kita bisa melihat bertebaranya usaha-usaha jasa, mulai dari fotocopy, restoran, warung-warung makan hingga jasa rental. Di Dili misalnya, hampir di semua sudut kota Dili kita menemui adanya restoran, bar’s, foto copy, rental, net, etc.  Meskipun harus disadari bahwa mayoritas usaha-usaha jasa tersebut dikelola oleh masyarakat dari negara lain. Sedangkan untuk masyarakat Timor Leste mungkin tidak lebih dari 1%. Dan semua usaha jasa tersebut masih dalam skala kecil dan menengah. Selain itu, sektor - sektor seperti sektor transportasi (baik udara maupun laut) dan telekomunikasi, sektor pariwisata, dan sektor keuangan masih sangat minim dan terbatas. Padahal sektor-sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa termasuk TL. Mari kita lihat bersama-sama mengenai bagaimana eksistensi sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, pariwisata, maupun keuangan.
Untuk sektor transportasi, TL baru memiliki dua maskapai penerbangan yaitu Air Timor dan Timor Leste Airlines yang baru berdiri (angkutan udara) dan satu transportasi angkutan laut yang melayani rute Dili-Oeccusi (PP). Tentu saja hal ini belum mampu memberikan kontribusi yang makasimal bagi perkembangan ekonomi negara ini.
Untuk sektor telekomunikasi, Timor Leste belum mampu berbuat apa-apa. Satu-satunya akses telekomunikasi yang ada di Timor Leste saat ini adalah Timor Telekom yang berasal dari Portugal. Di sektor keuangan Timor Leste bahkan sangat tergantung pada bank-bank dari luar, seperti BNU (Portugal), ANZ (Australia) dan MANDIRI (Indonesia). Upaya untuk mendirikan Banco Comercio juga hingga kini belum direalisasikan (mudah-mudahan sebelum 2012 sudah terbentuk). Meskipun Timor Leste saat ini memiliki bank Micro Finanças, namun daya jangkau bank ini masih hanya sebatas masyarakat kecil. Pemerintah harus segera mendirikan banka sentral yang bertanggung jawab terhadap sistem moneter dan keuangan di negara ini. Dan sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang belum tersentuh sama sekali. Tidak ada hal istimewa yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta di negara ini yang mampu menarik minat wisatawan manca negara. Padahal potensi pariwisata di negara ini cukup besar.
Jadi, menurut saya untuk sektor jasa masyarakat TL pun belum siap untuk bisa bersaing dalam persaingan di pasar ASEAN.

Penutup
Saat ini ekonomi TL banyak digerakkan oleh investor-investor asing. Mulai dari investor skala kecil, menengah, hingga investor kelas atas. Banyaknya para investor tersebut memberikan dua dampak, baik positif maupun negatif. Dampak positifnya tentu saja ekonomi TL akan semakin bergeliat, kesempatan kerja bagi masyarakat TL akan semakin terbuka. Danpak negatifnya, banyak uang (dollar) yang akan terus mengalir ke-luar, masyarakat usaha TL akan semakin tidak berkembang, dan rakyat kecil akan tetap menjadi “korban” dari ambisi segelintir elite. Untuk menghindari hal-hal semacam itu, negara dalam hal ini pemerintah harus bisa menciptakan dan memiliki suatu kekuatan yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai pijakan untuk mengatur para investor baik lokal maupun internasional yang pada umumnya dikuasai oleh pihak swasta. Pemerintah harus mampu mengatur peran dari para investor (pihak swasta) dengan tujuan agar dapat menciptakan keadilan ekonomi sehingga pada akhirnya dapat mencapai kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat TL.
Agar pembangunan ekonomi TL dapat berkembang dengan baik dan masyarakat usaha dapat bersaing di level ASEAN bahkan dunia, maka dibutuhkan tiang-tiang perekonomian yang kuat dan saling berhubungan. Artinya, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan dan inovasi-inovasi terutama di bidang infrastruktur yang berhubungan dengan pasar, seperti pasar uang, pasar modal, pasar komoditas, dan pasar berjangka. Mengapa? Karena saat ini, hampir seluruh negara di dunia saat ini mengunakan dasar perekonomian bebas. Di mana dalam perekonomian bebas kreativitas individual dan kreativitas perusahaan selalu dituntut untuk menciptakan inovasi produk, inovasi pelayanan, dan inovasi keuangan. Dan saat ini masyarakat usaha TL belum mencapai tahap itu.
Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya maka ada beberapa poin penting yang dapat saya ambil sehubungan dengan kesiapan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN di tahun 2011 ataupun 2012 nanti. Poin-poin tersebut antara lain:
v  Timor Leste secara ekonomi belum siap untuk bersaing dengan pasar ASEAN apalagi China dalam kurung waktu satu sampai dua tahun ini.
v  Timor Leste secara ekonomi masih memiliki ketergantungan yang cukup besar dengan negara lain seperti Indonesia dan China, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sembilan bahan pokok. Oleh karena itu TL harus mengurangi sikap ketergantungan tersebut.
v  Sektor industri TL masih dalam skala kecil dan belum terorganisir dengan baik dan akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam mempertahankan eksistensinya ditengah-tengah eksistensi industri-industri dari negara-negara ASEAN lainnya apalagi dari China.
v  Timor Leste belum memiliki lembaga-lembaga keuangan sendiri yang dapat secara langsung membantu perkembangan aktivitas ekonomi dan perdagangan bangsa. Oleh karena TL harus sesegera mungkin mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang dapat menunjang aktivitas ekonomi rakyatnya secara mandiri.
v  Masyarakat usaha kecil dan industri kecil Timor Leste belum memiliki sumber daya yang cukup untuk bersaing dengan negara-negara lain dikawasan ASEAN apalagi China.
Dari poin-poin di atas jelas bahwa, secara ekonomi Timor Leste belum siap untuk masuk menjadi anggota ASEAN dan bersaing dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN apalagi dengan China dalam kurung waktu 1-2 tahun ini(tahun 2012). Jika dipaksakan TL akan mengalami banyak sekali kesulitan. Industri-industri kecil TL bisa mati dan aktivitas perdagangan masyarakat TL tidak akan berkembang dengan baik.
Namun demikian, saya setuju bahwa untuk menjadi anggota ASEAN, Timor Leste tidak harus siap 100% dulu. Seperti yang dikatakan oleh eks MenLu Indonesia Hasan Wirajuda dalam lawatannya memberikan kuliah umum baru-baru ini di Dili, yang mengatakan bahwa negara-negara yang saat ini menjadi anggota ASEAN dulu sebelum masuk menjadi anggota ASEAN pun belum memiliki kemampuan sumber daya sama seperti Timor Leste saat ini. Jelas bahwa ketika menjadi anggota ASEAN, Timor Leste akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam mempercepat pertumbuhan baik dalam ekonomi, politik dan keamanan, dan sebagainya sesuai dengan tujuan berdirinya ASEAN.
Tapi, saya tetap berharap bahwa sebelum pemerintah TL mengajukan proposal secara resmi menjadi anggota ASEAN pada tahun  2012 nanti, terlebih dahulu harus memperhatikan poin-poin yang telah digariskan di atas. Pemerintah Timor Leste harus bisa berpikir secara bijaksana terutama bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi masyarakatnya. Pemerintah harus bisa melahirkan kebijakan-kebijakan yang bisa membantu perkembangan ekonomi masyarakatnya. Karena jika tidak hati-hati maka masyarakat negeri ini cepat atau lambat akan terpinggirkan dan menjadi masyarakat kelas dua. Mereka yang kaya akan menjadi sangat kaya dan yang miskin akan terus melarat. Jika demikian, Pertumbuhan ekonomi berapapun tingkat persentasenya tidak akan menjadi penting lagi, karena ekonomi negara ini hanyak dinikmati oleh segelintir orang saja. Lalu apa artinya kemerdekaan ini?

Penulis: Tinggal di Bairo Escola Xina
Villa Antiga-Baucau
Kritik dan saran bisa kirim ke
Telp: +670 7487588