JANELA CIENSIA

OPINI (18) EDUKASAUN (14) DESPORTO (13) EKONOMIA (13) Poema (11) POLITICA (10) HISTORIA (4)

13 August 2014

Ekonomi Timor-Leste



HARGA SEMBAKO TINGGI, KRISIS MENGINTAI
“Pemerintah  Harus Cari Solusi bukan Kambing Hitam”

Oleh: AJ CUNHA
Koordinator & Dosen IOB Paralel Baucau

Ekonomi Timor Leste (TL) sedang berada dalam persimpangan. Saat ini, untuk kesekian kalinya rakyat kembali mengeluhkan tingginya harga-harga sembako, terutama beras. Sejauh ini, pemerintah masih kelihatan tenang-tenang saja dan belum melakukan suatu tindakan serius untuk mengatasinya. Tampak sekali pemerintah menunjukkan ketidakmampuannya dalam  mengelola masalah yang satu ini. Hal ini dapat dilihat dari statement menteri Turismo Comercio & Industri (MTCI) yang menyarankan kepada masyarakat untuk tidak membeli beras-beras yang dijual di pinggir-pinggir jalan dan mengajak masyarakat untuk membeli di toko-toko yang telah di tentukan oleh pemerintah. Bapak mentri juga lebih menyalahkan kalau kenaikkan harga-harga beras tersebut akibat dari manipulasi harga yang dilakukan oleh para pedagang beras. Sebuah pernyataan yang sebenarnya tidak salah, tapi sepenuhnya tidak tepat jika itu dijadikan sebagai sebuah solusi untuk mengatasi krisis harga yang saat ini sedang terjadi. Pernyataan tersebut secara tidak langsung menunjukkan ketidakmampuan bapak menteri dalam mencari solusi yang tepat, tapi malah lebih senang mencari “kambing hitam” atas kenaikan harga yang saat ini sedang terjadi.
Agar tidak ada saling tuding, maka melalui artikel ini saya ingin menyampaikan sedikit pandangan saya tentang pemicu terjadinya harga-harga barang terutama beras yang cukup tinggi, dan solusi apa yang dapat dilakukan untuk menekan agar kenaikkan harga semakin tidak mencekik leher rakyat kecil.
Pemicu Utama
            Pemicu utama kenaikkan harga beras bukanlah disebabkan oleh “manipulasi” yang kata bapak menteri MTCI dilakukan para pedangang beras di pinggir-pinggir jalan. Tapi pemicu utamanya adalah ketidakmampuan bapak menteri dalam membaca gejala-gejala ekonomi yang saat ini sedang terjadi. Ada beberapa pemicu utama yang menurut saya menjadi penyebab terjadinya kenaikkan harga-harga sembako, termasuk beras, antara lain:
 Pertama, melemahnya nilai mata uang dollar Amerika terhadap mata uang negara lain. Karena TL saat ini masih menggunakan dollar Amerika sebagai mata uangnya, maka melemahnya nilai dollar tersebut sedikit banyak mempengaruhi aktivitas ekonomi TL yang mana 95% kebutuhan pokoknya didatangkan dari luar yang memiliki nilai mata uang lebih kecil dari dollar Amerika. Hal tersebut menyebabkan biaya-biaya menjadi mahal.
Kedua, krisis pangang di Asia. Krisis pangang yang terjadi di beberapa negara asia seperti Indonesia, Vietnam dan Thailand menjadi salah satu penyebab mengapa harga pangang (beras) naik cukup signifikan. Hal ini juga terjadi akibat dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan barang-barang tersebut ke TL cukup besar karena melemahnya nilai mata uang dollar terhadap nilai mata uang negara asal barang atau produk-produk tersebut. Selain di negara-negara asia, TL juga mengalami masalah panen akibat dari cuaca yang tidak menentu.
ketiga, tingginya harga minyak dunia. Tingginya harga minyak dunia hingga mendekati US $ 100.00/Barrel, sedikit banyak mempengaruhi harga-harga komoditas lainnya. Melonjaknya harga bensin dan solar menembus US $ 1.00, menjadi suatu alasan menggapa harga beras di naikkan ketika akan didistribusikan ke TL maupun desa-desa yang ada di TL.
 keempat, Jumlah uang beredar. Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa peningkatan jumlah uang yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga suatu barang atau produk melebihi tingkatan harga yang diharapkan. berdasarkan pada teori tersebut, saya melihat bahwa, kenaikkan harga beras ataupun komoditi lainnya saat ini salah satunya dipicu oleh disetujuinya anggaran umum pemerintah sebesar US $ 1 milyar tersebut. Ditambah dengan dana-dana yang berasal dari luar (dana bantuan), menyebabkan uang yang beredar di TL tentu akan cukup banyak. Hal ini membuat membuat para produsen mudah berspekulasi tentang kehidupan ekonomi masyarakat pada umumnya.
 Kelompok monetarist beranggapan bahwa mekanisme pasar di dalam perekonomian dapat berjalan secara sempurna sehingga harga-harga dapat segera menyesuaikan (naik atau turun) apabila terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil) antara permintaan dan penawaran. Artinya para produsen atau pedangang akan selalu  menyesuaikan harga barang dagangan mereka dengan tingkat pendapatan mereka. Sebab, jika seorang konsumen meningkat pendapatannya, maka akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi mereka sehari-hari.
Jadi saya merasa produsen ataupu para pengusaha beras hanya menyesuaikan dengan meningkatnya jumlah uang yang cukup banyak tersebut, karena para produsen/pengusaha beras berspekulasi bahwa masyarakat (termasuk rakyat miskin) akan segera membaik kehidupan perekonomian mereka. Sehingga ketika seseorang telah memegang uang yang banyak akan memicu pula meningkatnya permintaan mereka terhadap suatu produk atau barang. Untuk mengatasi agar krisis harga tidak menjadi lebih parah lagi, maka harus ada jalan keluar atau solusi-solusi dari pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk dapat menjaga ekonomi TL tetap stabil.
Solusi
Melihat harga-harga barang terutama beras yang terus merangkak naik, maka pemerintah melalui kementrian MTCI harus mencari solusi yang tepat agar harga beras maupun komoditi lainnya tidak naik lebih tinggi lagi. Pernyataan-pernyataan bapak menteri MTCI dengan melarang masyarakat untuk tidak lagi membeli beras-beras yang di jual di pinggir-pinggir jalan atau menyuruh masyarakat untuk membeli di toko-toko yang telah ditentukan oleh pemerintah dan menunjuk beberapa distributor atau pengusaha beras untuk mendistribusikannya ke desa-desa bukanlah sebuah solusi tepat. Pernyataan bapak menteri itu menurut saya ibarat “menyelesaikan satu masalah dengan menambah satu masalah baru”.  Ada beberapa solusi yang dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah terutama kementrian-kementrian yang terkait dalam upaya untuk menjaga stabilitas harga-harga barang agar tida melebihi kapasitas atau daya beli masyarakat, antara lain
 Pertama, menetapkan batas minimum & maksimum. Pemerintah dalam hal ini MTCI dengan kewenangan yang dimilikinya harus segera menelurkan peraturan pemerintah (PP) dengan memberikan batasan-batasan terhadap harga-harga komoditas, terutama harga beras agar tidak melambung lebih jauh lagi.  Menurut saya dengan menetapkan batas minimum dan maksimun harga suatu komoditas (beras), maka hal itu tidak akan merugikan siapa-siapa. Rakyat tersenyum, pedangang pun tetap untung. Saya rasa orang-orang yang duduk dalam kementrian MTCI atau kementrian keuangan adalah orang-orang pintar yang mampu menghitung bagaimana biaya-biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha/produsen ketika mendatangkan suatu barang atau produk, lalu menetapkan bahwa batas yang wajar bagi produk atau barang tersebut adalah sekian dollar. Tentu saja perhitungan-perhitungan tersebut haruslah perhitungan yang sesuai dengan keadaan ekonomi masyarakat TL. Lahirkanlah sebuah peraturan dan implementasikan. Jika oknum pengusaha ada yang ingin bermain-main dengan harga, maka tegaslah. Pemerintahlah yang mengatur negara ini bukan oknum pengusaha.
Kedua, membuka lapangan kerja baru. Setelah menetapkan batas minimum dan maksimum Dari harga-harga barang, maka selanjutnya pemerintah harus segera menyelesaikan masalah penganggurang. Data dari SEFOPE menunjukkan bahwa, dari tahun ke tahun jumlah penganggurang bertambah 15 ribu jiwa penduduk. Ini adalah sebuah masalah besar. Untuk itu pemerintah harus segera membuka lapangan kerja baru. Dengan bekerja masyarakat akan memkiliki uang dan dengan demikian uang yang mereka miliki dapat digunakan untuk meringankan beban hidup mereka. Untuk jangka waktu pendek atau menenggah, program tiga dolar yang selama dilakukan oleh pemerintah melalui SEFOPE dapat dipertimbangkan kembali.
Ketiga, Pemberian Subsidi. Jika dalam waktu dekat ini pemerintah belum bisa menciptakan lapangan kerja baru, maka pemberian subsidi menjadi salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk meringangkan beban masyarakat, terutama masyarakat miskin. Saya rasa pemerintah telah paham dan belajar dari penggalaman-penggalaman sebelumnya yang mana menyebabkan sistem pendistribusian beras bersubsidi MTCI menjadi “bencana kecil” dimana akhirnya hanya menyengsarakan rakyat kecil dan menguntungkan segelintir pengusaha di negeri ini. Tapi untuk jangka pendek, pemerintah bisa menggunakan cara ini untuk terlebih dahulu mengstabilkan aktivitas perekonomian. Dengan memberikan subsidi, maka pemerintah masih bisa tetap menjaga stabilitas harga dan pada akhirnya dapat mendorong  pencapaian pertumbuhan ekonomi makro TL secara keseluruhan. Gunakanlah sebagian anggaran $ 1 milyar untuk menanggulanggi bencana alam untuk mengstabilkan harga, karena tingginya harga beras juga merupakan satu “bencana” yang dapat membunuh rakyat miskin secara perlahan-lahan.
Keempat, Pihak Swasta. Jika pemerintah (MTCI) tidak mampu mengatasi masalah harga ini dengan solusi-solusi di atas, maka dengan terpaksa harus “menunjuk” pihak swasta untuk mengatasinya. Walaupun itu sedikit memberikan image yang negatif terhadap kemampuan menteri MTCI dalam mengatasi masalah-masalah harga. Pemerintah bisa memberikan kepercayaan kepada organisasi-organisasi seperti CCI-TL ataupun UNAPE untuk mengimport, mendistribusikan dan menjualnya kepada masyarakat luas.  Inisiatif dan usulan yang dilakukan oleh UNAPE hendaknya patut dipertimbangkan oleh pemerintah (BT, Edi.39/07-13 fev.2011). Namun demikian, kepercayaan itu harus selalu tetap dikontrol. Karena sudah seringkali terjadi, di mana perjanjian di atas kertas selalu berbeda dengan implementasi di lapangan.  Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengontrol para pengusaha swasta bukan sebaliknya.
Penutup
Masyarakat sudah merasa begitu risau dengan kondisi ekonomi saat ini, karena melihat pemerintah seolah “pasrah” dengan tingginya harga-harga terutama beras. Padahal tingginya harga beras berbanding lurus terhadap naiknya harga-harga sembako yang lain. Pemerintah melalui kementrian MTCI memang harus segera mencari SOLUSI yang ADIL agar produsen dan konsumen tidak merasa sama-sama jadi korban. Bukannya malah menyalahkan para pedangang kaki lima.  
Pemerintah seharusnya bisa memberikan suatu solusi dan bertindak dengan tegas. Bukankah pemerintah memiliki wewenang yang cukup besar untuk mengatur lalulintas harga-harga barang? Pemerintah harus bisa bersikap tegas terhadap siapa saja, termasuk oknum pengusaha/pedagang yang ingin mencoba bermain-main dengan harga. Tegaslah….gunakanlah kewenangan yang pemerintah miliki untuk memberikan solusi bagi masalah “kelaparan” yang saat sedang menghantui rakyat. Pertimbangkanlah solusi-solusi yang ada dengan bijaksana. Jangan kemudian malah mencari “kambing hitam” ketika masalah harga semakin tidak terkontrol. Dan yang patut diperhatikan oleh pemerintah adalah jangan menunggu hingga rakyat “marah” atas ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang mereka rasakan!!!

Penulis: Tinggal di Bairo Escola Xina, Vila Antiga-Baucau
               E-Mail: zecunha_bcu@yahoo.com
               Telp: +670 748 7588