HARGA SEMBAKO TINGGI, KRISIS
MENGINTAI
“Pemerintah Harus Cari Solusi bukan Kambing Hitam”
Oleh: AJ CUNHA
Koordinator & Dosen IOB
Paralel Baucau
Ekonomi
Timor Leste (TL) sedang berada dalam persimpangan. Saat ini, untuk kesekian
kalinya rakyat kembali mengeluhkan tingginya harga-harga sembako, terutama
beras. Sejauh ini, pemerintah masih kelihatan tenang-tenang saja dan belum
melakukan suatu tindakan serius untuk mengatasinya. Tampak sekali pemerintah
menunjukkan ketidakmampuannya dalam
mengelola masalah yang satu ini. Hal ini dapat dilihat dari statement
menteri Turismo Comercio & Industri (MTCI)
yang menyarankan kepada masyarakat untuk tidak membeli beras-beras yang dijual
di pinggir-pinggir jalan dan mengajak masyarakat untuk membeli di toko-toko yang
telah di tentukan oleh pemerintah. Bapak mentri juga lebih menyalahkan kalau
kenaikkan harga-harga beras tersebut akibat dari manipulasi harga yang
dilakukan oleh para pedagang beras. Sebuah pernyataan yang sebenarnya tidak
salah, tapi sepenuhnya tidak tepat jika itu dijadikan sebagai sebuah solusi
untuk mengatasi krisis harga yang saat ini sedang terjadi. Pernyataan tersebut
secara tidak langsung menunjukkan ketidakmampuan bapak menteri dalam mencari
solusi yang tepat, tapi malah lebih senang mencari “kambing hitam” atas
kenaikan harga yang saat ini sedang terjadi.
Agar
tidak ada saling tuding, maka melalui artikel ini saya ingin menyampaikan
sedikit pandangan saya tentang pemicu terjadinya harga-harga barang terutama
beras yang cukup tinggi, dan solusi apa yang dapat dilakukan untuk menekan agar
kenaikkan harga semakin tidak mencekik leher rakyat kecil.
Pemicu Utama
Pemicu utama kenaikkan harga
beras bukanlah disebabkan oleh “manipulasi” yang kata bapak menteri MTCI
dilakukan para pedangang beras di pinggir-pinggir jalan. Tapi pemicu utamanya
adalah ketidakmampuan bapak menteri dalam membaca gejala-gejala ekonomi yang
saat ini sedang terjadi. Ada beberapa pemicu utama yang menurut saya menjadi
penyebab terjadinya kenaikkan harga-harga sembako, termasuk beras, antara lain:
Pertama,
melemahnya nilai mata uang dollar Amerika terhadap mata uang negara lain.
Karena TL saat ini masih menggunakan dollar Amerika sebagai mata uangnya, maka
melemahnya nilai dollar tersebut sedikit banyak mempengaruhi aktivitas ekonomi
TL yang mana 95% kebutuhan pokoknya didatangkan dari luar yang memiliki nilai
mata uang lebih kecil dari dollar Amerika. Hal tersebut menyebabkan biaya-biaya
menjadi mahal.
Kedua, krisis pangang di Asia. Krisis
pangang yang terjadi di beberapa negara asia seperti Indonesia, Vietnam dan
Thailand menjadi salah satu penyebab mengapa harga pangang (beras) naik cukup
signifikan. Hal ini juga terjadi akibat dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan
untuk mendatangkan barang-barang tersebut ke TL cukup besar karena melemahnya
nilai mata uang dollar terhadap nilai mata uang negara asal barang atau
produk-produk tersebut. Selain di negara-negara asia, TL juga mengalami masalah
panen akibat dari cuaca yang tidak menentu.
ketiga, tingginya harga minyak dunia. Tingginya
harga minyak dunia hingga mendekati US $ 100.00/Barrel, sedikit banyak
mempengaruhi harga-harga komoditas lainnya. Melonjaknya harga bensin dan solar menembus
US $ 1.00, menjadi suatu alasan menggapa harga beras di naikkan ketika akan
didistribusikan ke TL maupun desa-desa yang ada di TL.
keempat,
Jumlah uang beredar. Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa peningkatan jumlah
uang yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga suatu barang atau produk
melebihi tingkatan harga yang diharapkan. berdasarkan pada teori tersebut, saya
melihat bahwa, kenaikkan harga beras ataupun komoditi lainnya saat ini salah
satunya dipicu oleh disetujuinya anggaran umum pemerintah sebesar US $ 1 milyar
tersebut. Ditambah dengan dana-dana yang berasal dari luar (dana bantuan),
menyebabkan uang yang beredar di TL tentu akan cukup banyak. Hal ini membuat
membuat para produsen mudah berspekulasi tentang kehidupan ekonomi masyarakat
pada umumnya.
Kelompok monetarist
beranggapan bahwa mekanisme pasar di dalam perekonomian dapat berjalan
secara sempurna sehingga harga-harga dapat segera menyesuaikan (naik atau
turun) apabila terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil) antara
permintaan dan penawaran. Artinya para produsen atau pedangang akan selalu menyesuaikan harga barang dagangan mereka
dengan tingkat pendapatan mereka. Sebab, jika seorang konsumen meningkat
pendapatannya, maka akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi mereka
sehari-hari.
Jadi
saya merasa produsen ataupu para pengusaha beras hanya menyesuaikan dengan meningkatnya
jumlah uang yang cukup banyak tersebut, karena para produsen/pengusaha beras
berspekulasi bahwa masyarakat (termasuk rakyat miskin) akan segera membaik
kehidupan perekonomian mereka. Sehingga ketika seseorang telah memegang uang yang
banyak akan memicu pula meningkatnya permintaan mereka terhadap suatu produk
atau barang. Untuk mengatasi agar krisis harga tidak menjadi lebih parah lagi,
maka harus ada jalan keluar atau solusi-solusi dari pemerintah sebagai
penyelenggara negara untuk dapat menjaga ekonomi TL tetap stabil.
Solusi
Melihat
harga-harga barang terutama beras yang terus merangkak naik, maka pemerintah
melalui kementrian MTCI harus mencari solusi yang tepat agar harga beras maupun
komoditi lainnya tidak naik lebih tinggi lagi. Pernyataan-pernyataan bapak
menteri MTCI dengan melarang masyarakat untuk tidak lagi membeli beras-beras
yang di jual di pinggir-pinggir jalan atau menyuruh masyarakat untuk membeli di
toko-toko yang telah ditentukan oleh pemerintah dan menunjuk beberapa distributor
atau pengusaha beras untuk mendistribusikannya ke desa-desa bukanlah sebuah
solusi tepat. Pernyataan bapak menteri itu menurut saya ibarat “menyelesaikan
satu masalah dengan menambah satu masalah baru”. Ada beberapa solusi yang dapat menjadi
pertimbangan bagi pemerintah terutama kementrian-kementrian yang terkait dalam
upaya untuk menjaga stabilitas harga-harga barang agar tida melebihi kapasitas
atau daya beli masyarakat, antara lain
Pertama,
menetapkan batas
minimum & maksimum. Pemerintah dalam hal ini MTCI dengan kewenangan yang
dimilikinya harus segera menelurkan peraturan pemerintah (PP) dengan memberikan
batasan-batasan terhadap harga-harga komoditas, terutama harga beras agar tidak
melambung lebih jauh lagi. Menurut saya
dengan menetapkan batas minimum dan maksimun harga suatu komoditas (beras),
maka hal itu tidak akan merugikan siapa-siapa. Rakyat tersenyum, pedangang pun
tetap untung. Saya rasa orang-orang yang duduk dalam kementrian MTCI atau
kementrian keuangan adalah orang-orang pintar yang mampu menghitung bagaimana
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha/produsen ketika
mendatangkan suatu barang atau produk, lalu menetapkan bahwa batas yang wajar
bagi produk atau barang tersebut adalah sekian dollar. Tentu saja
perhitungan-perhitungan tersebut haruslah perhitungan yang sesuai dengan
keadaan ekonomi masyarakat TL. Lahirkanlah sebuah peraturan dan
implementasikan. Jika oknum pengusaha ada yang ingin bermain-main dengan harga,
maka tegaslah. Pemerintahlah yang mengatur negara ini bukan oknum pengusaha.
Kedua, membuka lapangan kerja baru. Setelah menetapkan batas minimum dan
maksimum Dari harga-harga barang, maka selanjutnya pemerintah harus segera
menyelesaikan masalah penganggurang. Data dari SEFOPE menunjukkan bahwa, dari
tahun ke tahun jumlah penganggurang bertambah 15 ribu jiwa penduduk. Ini adalah
sebuah masalah besar. Untuk itu pemerintah harus segera membuka lapangan kerja
baru. Dengan bekerja masyarakat akan memkiliki uang dan dengan demikian uang
yang mereka miliki dapat digunakan untuk meringankan beban hidup mereka. Untuk
jangka waktu pendek atau menenggah, program tiga dolar yang selama dilakukan
oleh pemerintah melalui SEFOPE dapat dipertimbangkan kembali.
Ketiga, Pemberian Subsidi. Jika dalam waktu dekat ini pemerintah
belum bisa menciptakan lapangan kerja baru, maka pemberian subsidi menjadi
salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk meringangkan
beban masyarakat, terutama masyarakat miskin. Saya rasa pemerintah telah paham
dan belajar dari penggalaman-penggalaman sebelumnya yang mana menyebabkan
sistem pendistribusian beras bersubsidi MTCI menjadi “bencana kecil” dimana
akhirnya hanya menyengsarakan rakyat kecil dan menguntungkan segelintir
pengusaha di negeri ini. Tapi untuk jangka pendek, pemerintah bisa menggunakan
cara ini untuk terlebih dahulu mengstabilkan aktivitas perekonomian. Dengan
memberikan subsidi, maka pemerintah masih bisa tetap menjaga stabilitas harga
dan pada akhirnya dapat mendorong
pencapaian pertumbuhan ekonomi makro TL secara keseluruhan. Gunakanlah
sebagian anggaran $ 1 milyar untuk menanggulanggi bencana alam untuk
mengstabilkan harga, karena tingginya harga beras juga merupakan satu “bencana”
yang dapat membunuh rakyat miskin secara perlahan-lahan.
Keempat,
Pihak Swasta. Jika
pemerintah (MTCI) tidak mampu mengatasi masalah harga ini dengan solusi-solusi
di atas, maka dengan terpaksa harus “menunjuk” pihak swasta untuk mengatasinya.
Walaupun itu sedikit memberikan image yang
negatif terhadap kemampuan menteri MTCI dalam mengatasi masalah-masalah harga.
Pemerintah bisa memberikan kepercayaan kepada organisasi-organisasi seperti CCI-TL
ataupun UNAPE untuk mengimport, mendistribusikan dan menjualnya kepada
masyarakat luas. Inisiatif dan usulan
yang dilakukan oleh UNAPE hendaknya patut dipertimbangkan oleh pemerintah (BT,
Edi.39/07-13 fev.2011). Namun demikian, kepercayaan itu harus selalu tetap
dikontrol. Karena sudah seringkali terjadi, di mana perjanjian di atas kertas
selalu berbeda dengan implementasi di lapangan.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengontrol para pengusaha
swasta bukan sebaliknya.
Penutup
Masyarakat
sudah merasa begitu risau dengan kondisi ekonomi saat ini, karena melihat
pemerintah seolah “pasrah” dengan tingginya harga-harga terutama beras. Padahal
tingginya harga beras berbanding lurus terhadap naiknya harga-harga sembako
yang lain. Pemerintah melalui kementrian MTCI memang harus segera mencari
SOLUSI yang ADIL agar produsen dan konsumen tidak merasa sama-sama jadi korban.
Bukannya malah menyalahkan para pedangang kaki lima.
Pemerintah
seharusnya bisa memberikan suatu solusi dan bertindak dengan tegas. Bukankah
pemerintah memiliki wewenang yang cukup besar untuk mengatur lalulintas
harga-harga barang? Pemerintah harus bisa bersikap tegas terhadap siapa saja,
termasuk oknum pengusaha/pedagang yang ingin mencoba bermain-main dengan harga.
Tegaslah….gunakanlah kewenangan yang pemerintah miliki untuk memberikan solusi
bagi masalah “kelaparan” yang saat sedang menghantui rakyat. Pertimbangkanlah
solusi-solusi yang ada dengan bijaksana. Jangan kemudian malah mencari “kambing
hitam” ketika masalah harga semakin tidak terkontrol. Dan yang patut
diperhatikan oleh pemerintah adalah jangan menunggu hingga rakyat “marah” atas
ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang mereka rasakan!!!
Penulis:
Tinggal di Bairo Escola Xina, Vila Antiga-Baucau
E-Mail: zecunha_bcu@yahoo.com
Telp: +670 748 7588