MARI LANJUTKAN PERJUANGAN MEREKA
"MENGENANG TRAGEDI SANTA CRUZ: 12 NOPEMBER 1991"
By: AJC Da Cunha
Tragedi
Santa Cruz adalah salah satu tragedi berdarah yang pernah terjadi di
negeri tercinta Timor Leste (TL). Sebuah tragedi yang timbul dari rasa
solidaritas dan persaudaraan sebagai sesama anak bangsa, atas tewasnya
salah seorang pemuda bernama Sebatião Gomes satu bulan sebelumnya karena
dibunuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada waktu itu. Saat ini,
17 tahun telah berlalu, TL pun telah tumbuh dan mulai berkembang
sebagai sebuah bangsa yang beradab. Tentu, penulis dan mungkin ratusan
ribu masyarakat TL lainnya merasakan hal yang sama, bahwa TL bisa "ukun rasik an"
saat ini, adalah salah satunya karena pengorbanan oleh ratusan atau
mungkin ribuan pemuda, mahasiswa, dan pelajar yang telah memberikan jiwa
dan raga mereka untuk memberikan pesan kepada dunia internasional bahwa
perjuangan rakyat bangsa ini tidak akan berhenti sampai memperoleh hak "ukun rasik an".
Kilas Balik Tragedi 12 Nopember 1991
Hari itu, tanggal 12 Nopember 1991, kurang lebih jam 11 pagi, setelah
mengikuti misa satu bulan atas tewasnya Sebastião Gomes di gereja paroki
Motael, Dili, ratusan orang, kebanyakan mahasiswa, melakukan prosesi
dan aksi demonstrasi menuju pemakaman Santa Cruz, untuk memberikan
penghormatan kepada almarhum Sebastião Gomes. Dalam perjalanan, yel-yel
kemerdekaan pun terus diteriakkan. Berbagai spanduk tentang penentuan
nasib sendiri pun digelar, dan poster-poster dari pemimpin perlawanan
seperti Xanana Gusmao (sekarang PM TL) pun dibentangkan. Sebuah sikap
sangat berani yang dilakukan di tengah-tengah TNI. keberanian yang patut
dan pantas untuk mendapatkan apresiasi dan penghormatan tertinggi dari
generasi-generasi muda saat ini.
Singkat
cerita, ketika semua demonstran telah berada di dalam pemakaman Santa
Cruz, tiba-tiba tentara TNI menembak secara membabi buta. Korban pun
berjatuhan. 271 tewas, 382 terluka, dan 259 orang menghilang, termasuk
diantaranya salah seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM asal
Selandia Baru (Sumber: Wikipedia.org/wiki/insiden Dili). Persitiwa
tersebut dilihat dan diabadikan oleh dua wartawan yang berasal dari
Amerika Serikat (Amy Goodman & Alan Nairm), serta seorang wartawan
bernama Max Stahl yang berhasil merekamnya. Berita tersebut tersebar
dengan cepat ke seluruh dunia, sehingga menimbulkan reaksi dan protes
yang cukup keras dari berbagai kalangan, terutama dari Portugal dan
Australia, di mana keberadaan komunitas masyarakat TL di sana cukup
besar jumlahnya. Pengorbanan mereka telah membuka kembali mata dunia
internasional yang seolah telah melupakan bangsa ini. Dunia pun
terbangun, dunia mulai berbicara kembali. Dan semangat rakyat pun
kembali terbakar untuk terus berjuang mengapai impian "ukun rasik an".
DUA OPSI
Delapan tahun setelah kejadian itu, pengorbanan itu pun akhirnya mencapai ujungnya. Negara
Republik Indonesia, melalui presiden B.J. Habibie, memberikan dua opsi
pilihan kepada rakyat: "Merdeka atau Otonomi seluas-luasnya dalam
kesatuan NKRI". Mendengar itu, semua orang bahagia, meskipun mereka
sadar, ke depan mereka akan menjalani dan mengalami teror yang lebih
mengerikan lagi. Dan akhirnya masa itu tiba, mayoritas rakyat bangsa ini
memilih untuk "ukun rasik an". Perjuangan dan pengorbanan para
pemuda, mahasiswa, pelajar, tua maupun muda pada 12 Nopember 1991 pun
terbayarkan. Semua rakyat larut dalam kebahagiaan. Impian itu telah
menjadi nyata, kini semua bangsa Timor Leste berbangga, karena negeri
yang mereka cintai telah menjadi sejajar dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Dunia pun tersenyum, dunia pun bahagia, dan melalui misi UNMISSET
(UNITED NATION MISSION IN EAST TIMOR) dunia pun bahu membahu
memberikan apa yang mereka miliki untuk membantu membangun kembali
bangsa ini dari kehancuran. Setelah dua tahun bangsa kecil inipun
akhirnya diakui secara resmi oleh dunia. Ya, tanggal 20 Mei 2002 (Hari
Restorasi) bangsa kecil ini pun diakui secara resmi oleh dunia
internasional.
Penghargaan Terhadap Korban 12 Nopember (SANTA CRUZ)
Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Meskipun TL merupakan sebuah negara kecil, namun penulis percaya
rakyatnya memiliki jiwa besar untuk mau dan akan selalu mengakui dan
mengenang para pahlawan bangsa, baik yang telah meninggal dunia maupun
yang saat ini masih hidup dan terus mendedikasikan hidup mereka untuk
kemajuan bangsa ini. Negara pun menghargai mereka dengan memberikan
santunan-santunan atas dedikasi dan pengorbanan yang telah mereka
berikan pada waktu itu. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjustifikasi
bahwa para korban 12 Nopember 1991 adalah satu-satunya pahlawan bangsa
ini. Penulis sadar, perjuangan panjang bangsa TL mengapai ukun rasik an, tidak
ditentukan hanya oleh satu peristiwa itu. Perjuangan bangsa ini telah
dimulai sejak jaman kolonialisme Portugal hingga pada jaman pendudukan
Indonesia. Tapi penulis mengakui bahwa, tragedi 12 Nopember 1991,
merupakan salah satu tonggak penting dari perjuangan bangsa TL mengapai
kemerdekaan. Dan menurut penulis, para korban dalam tragedi tersebut
pantas menerima apresiasi yang tinggi dari seluruh rakyat TL.
Pertanyaan yang kemudian timbul dalam benak penulis adalah apresiasi
macam apa yang patut dan pantas diberikan kepada para korban tragedi 12
Nopember? Memberikan santunan berupa bantuan dana atau misalnya
memberikan pekerjaan tetap kepada para korban? Jika memberikan santunan
berupa bantuan dana, siapakah yang lebih berhak mendapatkanya? Kriteria
apa yang digunakan oleh pemerintah atau negara untuk memberikan bantuan,
sehingga bantuan tersebut menjadi tidak salah sasaran? karena sadar
atau tidak, di jaman kemerdekaan seperti ini, tentu banyak orang yang
tiba-tiba merasa sebagai pejuang dan yang paling banyak berkorban.
Penulis mengajak para pembaca semua untuk memberikan argumen dan
opininya masing-masing mengenai hal ini. Namu demikian, penulis percaya,
jika memang harus memberikan santunan berupa bantuan kepada para korban
tragedi 12 Nopember 1991, tentu negara telah mempunyai kriteria
tersendiri untuk menilai atau menjustikfikasi kepantasan seseorang.
Mari Lanjutkan Perjuangan
Perjuangan
panjang rakyat dan para pejuang bangsa ini telah melahirkan sebuah
negara baru di abad milenium. Sebuah bangsa kecil yang eksis dengan nama
Republica Democratica De Timor Leste (RDTL). Dalam
perjalanannya bangsa ini selalu mengalami berbagai problematika. Mulai
dari sikap para elit politik yang lebih mementingkan kepentingan partai
atau golongannya, sampai pada pertikian antara suku dan ras yang timbul
akibat dari keserakahan para pemimpin bangsa yang nota bene merupakan para pendiri bangsa ini (krisis 2006-2007).
Saat ini, krisis itu telah berlalu. Rakyat TL kembali merajut mimpi
mereka. Rakyat telah sadar dan paham, segala yang terjadi saat ini
adalah karena moral para pemimpin yang terlalu memikirkan kepentingan
mereka sendiri. Rakyat sadar, bahwa pengorbanan yang telah diberikan
oleh para pahlawan yang telah gugur, tidak harus menjadi sia-sia, karena
kepentingan segelintir elit politik yang menodai hasil perjuangan dan
pengorbanan anak bangsa.
Sebagai
salah satu anak muda dari sekian ribu anak muda yang lain, penulis
yakin dan percaya bahwa masa-masa suram itu akan berlalu dengan cepat.
Rakyat dan pemuda bangsa ini akan kembali bersatu, berjuang dengan
segenap jiwa dan raga mereka seperti pada masa-masa perjuangan
sebelumnya, dengan satu tujuan mencapai TL yang adil, makmur dan sejahtera. Perjuangan para kaum muda TL saat ini bukan lagi mengunakan kekuatan fisik, tapi mengunakan kekuatan intelektual. Perjuangan bukan lagi untuk mengusir penjajah, tapi untuk mengusir kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan.
Banyak pemuda dan pemudi TL saat ini tersebar di berbagai penjuru
dunia. Indonesia, Portugal, Australia, Cuba, dan banyak negara lainnya,
merupakan tempat di mana ribuan pemuda berada hanya untuk satu tujuan
yaitu membekali diri dengan ilmu pengetahuan, agar di masa depan mampu
membawa TL menjadi sebuah bangsa yang dapat dibanggakan. Dengan
kenyataan ini, penulis yakin kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan yang
saat ini menghimpit rakyat bangsa ini akan segera berlalu.
Dengan mengenang 17 tahun tragedi Santa Cruz, penulis mengajak kita
semua para pemuda, pelajar, dan seluruh mahasiswa Timor Leste di mana
pun berada untuk terus mempererat tali persatuan, bulatkan tekad,
melanjutkan perjuangan para pendahulu kita. Jika para pemuda, pelajar
dan mahasiswa pada masa itu telah bersatu dan mampu membuka mata dunia
bahwa bangsa Timor Leste masih ada dan akan terus eksis dalam perjuangan
mereka mengapai kemerdekaan, maka saat ini kita pun bisa melakukan hal
yang sama, yaitu membuka mata dunia bahwa kita pun bisa mengurus negara,
bangsa, dan rakyat kita sendiri. Kita tidak akan pernah menjadi sebuah
negara gagal, yang hanya selalu mengemis kepada kedermawanan bangsa
lain. Kita adalah bangsa kecil yang memilik potensi untuk bisa menjadi
lebih baik dan lebih hebat dari bangsa manapun.
Marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh, membekali diri kita dengan
ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang keilmuan yang telah kita pilih,
agar kelak kita tidak menjadi intelektual "tanpa isi". Kita semua adalah
masa depan bangsa. Jika kita mau dan sungguh-sungguh, maka tidak ada
yang tidak mungkin.
Terima Kasih
Melalui tulisan ini, penulis ingin mengenang dan memberikan rasa hormat
yang mendalam kepada para pemuda-pemudi, pelajar, mahasiswa, dan
masyakarakat Timor Leste yang telah mengorbankan dan merelakan segala
yang mereka miliki bagi kemerdekaan bangsa ini. penghargaan ini tidak
hanya bagi korban tragedi 12 Nopember 1991, namun juga bagi korban
tragedi-tragedi lain yang mungkin telah dilupakan atau tidak akan pernah
tertulis dalam buku sejarah perjuangan bangsa ini.
Bagi korban yang telah meninggal dunia, semoga arwah mereka saat ini
tenang di sisi Tuhan yang Maha Kuasa. Bagi mereka yang hilang dan jasad
mereka tidak pernah ditemukan, semoga saat ini mereka tenang disuatu
tempat yang indah di dunia ini. Dan bagi mereka yang saat ini masih
hidup dan mengalami cacat seumur hidup, semoga mereka semua akan selalu
ditabahkan dan dikuatkan menghadapi segala macam cobaan ini.
Bagi kita semua yang saat ini hidup, pemuda, pelajar, dan mahasiswa,
mari terus berjuang. Perjalanan menuju TL yang adil, makmur dan
sejahatera masih sangat panjang dan berliku. Marilah kita semua belajar
dan bekerja keras, karena sadar atau tidak kita belum benar-benar
terbebas dari penjajahan, karena saat ini kita sedang mengalami
penjajahan jenis lain, yaitu penjajahan dari kaum kapitalis.
Pikirkan dan renungkanlah, karena hanya kita yang mampu membawa bangsa
dan rakyat kita keluar dari kemiskinan, kebodahan, keterbelakangan,
menjadi sebuah bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera. SELAMAT BERJUANG
SAHABAT.
PENULIS SANGAT MENGHARAPKAN KRITIK DAN SARAN, SERTA MASUKAN
YANG MEMBANGUN DARI SIAPA SAJA YANG MEMBACA OPINI INI.
Penulis saat ini kuliah di
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
No comments:
Post a Comment