JANELA CIENSIA

OPINI (18) EDUKASAUN (14) DESPORTO (13) EKONOMIA (13) Poema (11) POLITICA (10) HISTORIA (4)

13 August 2014

Sejarah Timor



REFLEKSI DI BULAN AGUSTUS
Timor Leste masa lalu, Timor Leste masa kini, dan Timor Leste masa depan

OLEH: TOZE CUNHA

            Bulan Agustus adalah bulan sarat sejarah bagi masyarakat dan bangsa Timor Leste. Setidaknya di bulan ini ada dua peristiwa penting yang patut untuk terus dikenang oleh generasi-generasi penerus bangsa ini. Dua peristiwa penting itu adalah tanggal 20 Agustus sebagai hari Falintil-Forsa Defesa Timor Leste (F-FDTL) dan tanggal 30 Agustus sebagai hari dimana rakyat Timor Leste dengan keberaniannya menentukan nasibnya sendiri melalui jajak pendapat (referendum) yang berakhir dengan hasil terlepasnya Timor Leste dari belenggu rezim Indonesia. Sebagai generesi muda yang lahir dan tumbuh dalam masa-masa itu, penulis tentu merasa bangga, bahwa pada akhirnya rakyat bangsa Timor Leste dapat terlepas dari penderitaan panjang yang mengorbangkan banyak hal. Tidak terhitung berapa banyak korban yang berjatuhan, berapa banyak isteri yang kehilangan suami mereka, anak-anak yang menanggis karena harus kehilangan ayah mereka, para orang tua yang harus meratapi kematian ana-anak mereka, darah yang terus-menerus mengalir, tulang yang berserakan tanpa kubur, semua itu terjadi hanya untuk satu tujuan, yaitu kemerdekaan. Merdeka dari belenggu penjajah.
            Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak semua komponen bangsa, terutama generasi pengisi dan penerus kemerdekaan ini, untuk meluangkan sedikit waktu yang ada, merefleksikan perjalanan bangsa Timor Leste di era kemerdekaan ini.

20 Agustus (Bangsa Timor Leste Memperjuangkan Jati Dirinya)
            Penulis tidak akan mengulas bagaimana awal mula lahirnya hari penuh sejarah pada tanggal 20 Agustus 1975, karena pada waktu itu penulis belum terlahir ke dunia. Namun, satu yang pasti, yang penulis dengar dari orang tua dan para pelaku sejarah bangsa ini bahwa kemerdekaan yang saat ini dirasakan oleh semua rakyat Timor Leste tidak akan pernah ada jika hari itu (tanggal 20 Agustus 1975) tidak pernah terjadi. Untuk itu, sebagai salah satu generasi muda dari ribuan generasi muda yang saat ini hidup di era kemerdekaan, hanya dapat mengucapkan rasa syukur dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para pendahulu, pejuang bangsa ini, yang telah berjuang dan mengorbangkan segala yang mereka miliki untuk kemerdekaan dan kebebasan rakyat Timor Leste.
            dalam era kemerdekaan ini, tanggal 20 Agustus diperingati sebagai hari angkatan bersejenta  FALINTIL-Força Defeza De Timor Leste (F-FDTL). Di usianya yang memasuki delapan tahun (dari hari restorasi kemerdekaan 20 Mei 2002), F-FDTL terus berbenah diri dan berkembang menjadi angkatan bersenjata yang moderen. Berbagai perubahan telah banyak dilakukan di dalam tubuh F-FDTL, mulai dari perubahan dalam struktur organisasi sampai sistem pendidikan angkatan bersenjata yang semakin moderen. Tentu semua komponen bangsa ini akan tetap dan terus berharap agar F-FDTL terus berkembang menjadi sebuah angkatan bersenjata moderen yang kuat dan tangguh agar dapat terus menjaga stabilitas bangsa dan melindungi segenap rakyat Timor Leste dari berbagai macam ancaman, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.  Pada tahun 2006, ketika terjadi krisis politik di negara ini, F-FDTL telah menunjukkan kapasitasnya sebagai pelindung bangsa yang mampu melindungi bangsa ini dari ancaman kehancuran. F-FDTL telah menunjukkan intelektualitasnya sebagai angkatan bersenjata moderen yang mampu menyelesaikan masalah dalam negeri tanpa kekerasan dan tanpa menimbulkan korban. Sebuah keberhasilan yang patut diapresiasi oleh semua komponen di negara tercinta ini.
            Saat ini, setelah  krisis politik 2006 rakyat bangsa ini mulai hidup dalam ketenangan. Roda kehidupan mulai berjalan normal. Sendi-sendi kehidupan bangsa ini mulai bergerak walaupun masih tersendat-sendat. Perlahan namun pasti, masyarakat Timor Leste mulai menata hidup mereka dan melihat masa depan yang lebih baik. Meski demikian, tentu kita semua harus tetap waspada terhadap ancaman-ancaman yang bisa timbul kapan saja baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin menganggu stabilitas yang selama ini telah terjaga dengan baik. Dan F-FDTL tetap diharapkan untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga dan melindungi masyarakat bangsa ini yang mulai hidup tenang dan damai.

30 Agustus (Bangsa Timor Leste Menemukan Jati Dirinya)
            Kita semua pastinya pernah mendengar kalimat ini, “ada awal tentu ada akhir atau ada yang memulai dan ada yang mengakhiri”. Jika kita merujuk pada perjalanan sejarah bangsa ini mencari jati dirinya, maka kita dapat mengatakan bahwa tanggal 20 Agustus 1975 adalah awal dari para pejuang dan pahlawan bangsa ini mencari jati diri bangsa Timor Leste sebagai sebuah bangsa yang patut dihargai bangsa manapun di dunia ini. Dan tanggal 30 Agustus 1999 adalah akhir dari pencarian jati diri itu. Pada hari itu seluruh rakyat Timor Leste dengan gagah berani menuju ke setiap tempat pemunggutan suara di pelosok negeri ini untuk menunjukkan pada dunia tentang apa sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat bangsa ini.
            Tanggal 30 Agustus adalah hari kemenangan bagi seluruh rakyat Timor Leste, karena itu hari bersejarah tersebut harus tetap dikenang dan dirayakan oleh segenap rakyat bangsa ini dari generasi ke generasi. Ada derai air mata bahagia pada waktu itu. Derai air mata dan tawa sejenak yang mampu menghapus semua beban penderitaan panjang yang dialami oleh kaum bangsa Timor Leste.  Rakyat Timor Leste tersenyum dan dunia pun ikut tersenyum bersamanya.
            Saat ini, sebelas (11) tahun sudah waktu berlalu sejak saat itu. Banyak hal yang telah berubah dalam kehidupan rakyat bangsa ini. Karakter, mental, dan watak rakyat telah banyak mengalami perubahan. Jika dulu, pada masa pendudukan rezim Indonesia, rakyat terbiasa menghitung Rupiah. Kini di era kemerdekaan, rakyat mulai terbiasa menghitung dollar. Meski masih ada kerikil-kerikil kecil yang terkadang sering menganggu mereka, namun rakyat Timor Leste tetap bersyukur dan berbahagia akan hari itu tanggal 30 Agustus 1999.
            Masa lalu adalah sejarah yang akan terus dikenang dan diceritakan dari generasi ke generasi. Generasi bangsa ini dan masa datang akan terus memberikan apresiasi dan penghargaan atas segala pengorbanan yang telah ditunjukkan dan diberikan oleh para pejuang dan pahlawannya. Namun demikian, Waktu terus berputar, roda kehidupan terus berjalan. Seluruh komponen bangsa terutama para generasi muda Timor Leste harus kembali berpikir dan berjuang bagaimana mengisi kemerdekaan yang telah berusia 11 tahun ini. Berjuang mengentaskan rakyat dari kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan, dan kebodohan. Sebuah tanggung jawab yang sangat berat, tapi harus mampu dipikul oleh generasi muda bangsa ini ke depan.

Timor Leste Kini
            Menyoal Timor Leste masa kini, penulis mencoba melihatnya dari sisi ekonomi. Karena penulis melihat bahwa, ekonomi merupakan salah satu faktor penting dan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah negara. Beberapa bulan terakhir kita semua sering mendengar di radio, melihat di televisi, membaca di koran-koran yang ada di Timor Leste, pemerintah mengatakan bahwa ekonomi Timor Leste tahun ini mengalami peningkatan hingga 12.2%. Jika benar demikian adanya, maka kita semua harusnya senang dan berbangga diri karena perjuangan meraih kemerdekaan ini tidak sia-sia. Jika Timor Leste bisa mencapai peningkatan ekonomi hingga 12.2% maka adalah sebuah kemajuan yang luar biasa, dan itu pertanda  bahwa rakyat bangsa ini telah hidup makmur dan sejahtera. Tidak ada lagi jurang antara “si kaya” dan “si miskin”. Tidak ada lagi jeritan-jeritan dari bawah (rakyat kecil). Rakyat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Minimal mampu membeli sembako (sembilan bahan pokok). Namun bagaimana kenyataannya? dari berbagai penderitaan yang ada akhir-akhir ini melalui media-media yang ada di Timor Leste, jeritan rakyat terdengar semakin nyaring. Sepertinya, peningkatan ekonomi 12.2% ini belum bisa menyentuh mereka dan membuat merek tersenyum bahagia seperti ketika mereka merayakan kebebasan dan kemerdekaannya pada tanggal 30 Agustus 1999.
            Harga gula melambung tinggi, harga beras apalagi. Saat ini sangat susah mencari beras dengan label MTCI dengan harga standar di pasar. Semua seolah tidak terkendali. Para pengusaha beras menaikkan harga beras sesuka mereka. Tidak ada kontrol yang tegas bagi mereka. Sepertinya ekonomi negara ini mulai dan akan terus dikontrol oleh segelintir orang saja. Apakah Timor Leste akan menganut sistem ekonomi “siapa yang punya uang dialah yang mengontrol”. Semoga saja tidak. Jangan sampai hal seperti itu terjadi. Jangan sampai ada  mafia-mafia ekonomi yang memainkan kehidupan rakyat kecil ini.  Tapi, inilah realitas kehidupan rakyat negara Timor Leste saat ini. Sungguh miris kita melihatnya. Disatu sisi pemerintah dengan bangga mengumungkan kemajuan peningkatan ekonomi yang mencapai 12.2%, disisi lain rakyat menjerit semakin keras mengeluhkan tingginya harga sembilan  bahan pokok.
            Meski demikian, penulis dan kita semua tidak mengingkari bahwa pemerintah mulai dari I Governu Konstitusional hingga IV Governu Konstitusional telah melakukan banyak hal bagi kemajuan bangsa ini. Berbagai upaya telah mereka lakukan, seperti dengan memberikan subsidi kepada orang tua (Idozos), bantuan beasiswa kepada anak-anak yatim, pembangunan rumah tinggal bagi orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi (vulneravel), serta banyak hal lainnya. Tapi sekali lagi, hal itu tidak akan cukup jika apa yang telah mereka dapatkan dari pemerintah tidak mampu mengangkat harkat mereka sebagai rakyat kecil yang tidak mampu membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Semua pemberian dan bantuan yang pemerintah berikan akan menjadi sia-sia jika rakyat kecil masih terus menjerit tentang mahalnya harga sembilan bahan pokok. Program povu kuda governu  sosa tidak pernah berjalan sesuai harapan.
            Mari kita amati bersama-sama. Siapakah yang saat ini menguasai sendi-sendi ekonomi di Timor Leste. Atau setidaknya di Dili, sebagai jantung dari segala aktivitas ekonomi? Apakah masyarakat dan para pengusaha Timor Leste? Tidak. Apakah para pengusaha dari China, Indonesia, Malaysia? ya. Merekalah yang saat ini menguasai hampir semua aktivitas ekonomi di jantung negara Timor Leste ini. Jika Dili kita jadikan sebagai barometer ekonomi Timor Leste, maka dengan melihat realitas yang ada, sepertinya bangsa ini sangat tidak berdaya menghadapi arus kedatangan para pengusaha asing ini. Coba lihat lagi dengan cermat, mulai dari tukang sol sepatu, tukang nasi goreng, hingga pengusaha kelas atas, dari manakah mereka semua??? ya, jawaban Anda benar. Apakah Timor Leste sudah menganut sistem pasar bebas yang “kebablasan”?. Apakah masyarakat bangsa ini sama sekali tidak mampu melakukan apapun, hingga hal-hal kecil sekalipun (tukang sol sepatu, tukang nasi goreng, etc) harus didatangkan dari luar?
            Penulis bukanlah orang yang anti pasar bebas. Karena penulis percaya, tidak ada satu masyarakat suatu bangsa di mana pun di dunia ini yang mampu maju dan berkembang tanpa adanya bantuan dari masyarakat bangsa lain. Timor Leste tidak akan pernah maju, jika harus menutup diri dari bangsa luar. Apalagi jika Timor Leste akan bergabung dalam ASEAN pada 2012, maka tentu tidak akan terhindar dari yang namanya pasar bebas. Karena saat ini antara ASEAN dan China telah menandatangani sebuah kesepakatan yang dinamakan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area). Banykanlah seperti apa aktivitas ekonomi yang akan terjadi. Namun demikian, penulis sependapat dengan beberapa orang di Timor Leste ini bahwa, hendaknya kebebasan ini dikontrol. Pemerintah harus mampu mengontrol aktivitas ekonomi apa yang bisa eksis dan mana yang tidak. Karena jika tidak, maka cepat atau lambat masyarakat bangsa ini akan terpinggirkan. Apabila hal demikian terjadi, maka apalah arti kemerdekaan ini?
Timor Leste Masa Depan
            Perdana Menteri (PM) Kay Rala Xanana Gusmão saat ini masih terus mengunjungi setiap pelosok di negeri ini dan mendengungkan apa yang dinamakan dengan Plano Estratejico Dezemvolvemento Nasional (PEDN). Melihat, membaca, dan mendengarkan secara langsung apa yang dipaparkan dalam program ini, maka kita dapat membayangkan sebuah Timor Leste yang damai, sejahtera, dan makmur. Dari setiap tempat yang dikunjunginya, kita hampir selalu mendengar kata-kata yang sama, seperti “Povu presiza be'e mos, eletrisidade lakan 24 oras, estrada diak, eskola besik iha uma, asistensia saude nebe diak no besik” dan sebagainya. Serta jika kita mendengar bahwa semua yang disebutkan itu akan terwujud pada tahun 2030, maka sepertinya rakyat bangsa ini tidak akan menderita lebih lama lagi. Waktu berlalu dengan cepat. Dan 20 tahun lagi bukanlah waktu yang lama. Inilah rencana, impian, dan mimpi tidak hanya dari seorang PM Xanana Gusmão semata tapi juga merupakan impian dan  mimpi seluruh rakyat Timor Leste yang mencintai bangsa Timor Leste.
            Sepertinya ini hanyala sebuah rencana, impian, dan mimpi yang kedengarannya sangat berlebihan (mimpi disiang bolong) melihat realitas dan kualitas kehidupan bangsa ini. Tapi bukan tidak mungkin semua itu bisa terwujud. Asalkan semua komponen bangsa ini mau bekerja keras, bahu-membahu mau mewujudkan rencana, impian, dan mimpi semua rakyat Timor Leste tersebut. Memang semua itu baru sebatas rencana, tapi setidaknya kita semua sudah bisa melihat bagaimana Timor Leste jadinya dalam kurung waktu 20 tahun mendatang. Penulis percaya, bahwa rencana ini tidak lahir begitu saja. Tentu rencana ini telah melalui sebuah pemikiran yang sangat matang dari seorang kharismatik seperti PM Xanana Gusmão dan para pendiri bangsa ini. Generasi muda bangsa Timor Leste saat ini harus bisa melihat semua rencana itu sebagai sebuah tantangan yang harus mampu diwujudkan dalam kurung waktu 20 tahun mendatang. Semua generasi muda yang hidup di alam kemerdekaan ini, harus bisa menanamkan rasa optimis dalam memandang masa depan bahwa kehidupan rakyat Timor Leste akan menjadi lebih baik masa-masa yang akan datang.
            Selama pemaparan program PEDN oleh PM Xanana Gusmão, tentu kita semua mengetahui bahwa ternyata masih banyak sekali kekayaan alam Timor Leste belum tersentuh sama sekali, disamping minyak yang menjadi primadona dan kebanggaan kita. Kita semua berharap, agar siapa pun nantinya yang akan memerintah negeri ini, akan semakin serius memperhatikan kualitas sumber daya manusia Timor Leste, tidak hanya melalui bidang-bidang seperti kedokteran, ekonomi, maupun perminyakan, tapi juga pada bidang-bidang yang lebih spesifik lagi sesuai dengan kebutuhan bangsa ini di masa yang akan datang.
            Akhirnya penulis berharap semoga dibulan Agustus, bulan yang sangat menentukan bagi perjalanan bangsa Timor Leste mencari jati dirinya, bulan sarat sejarah ini mampu memberikan semangat baru bagi kita semua yang saat ini untuk semakin bekerja lebih giat lagi membangun dan mengangkat harkat rakyat bangsa dari keterpurukan hidup. Kita semua berharap, semoga pemerintah bisa lebih membuka telingganya lebar-lebar untuk mendengar jeritan-jeritan rakyat yang semakin hari terus bergema mengeluhkan mahalnya harga-harga sembilan bahan pokok. Semoga Timor Leste menjadi lebih baik di masa depan.

Penulis adalah Dosen di Salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Baucau
Tinggal di Bairo Escola China, Vila Antiga
E-Mail: zecunha_bcu@yahoo.com

No comments: